Tuesday, September 18, 2012

Mengganti Musik Dengan Bacaan AL qur'an


Benarlah bahwa ada pepatah, “Anak kecil bagaikan secarik kertas putih yang bisa ditulisi apa pun.” Apa saja yang diberikan kepada anak kecil, niscaya mereka akan dengan mudah meresponnya bahkan mengingatnya dan lantas tertanam dalam memorinya. Sebagai contoh, seorang anak yang selalu melihat TV setiap hari, maka dia pun akan cenderung menyontoh semua perilaku yang dilihatnya. Mulai dari menghafal iklan, meniru perkataan para pemain di TV, dan lain-lain. Anak-anak yang berkumpul dengan teman yang gemar menonton game, maka tingkahnya pun akan meniru apa yang dilihatnya. Kalau game itu adalah game perkelahian, bukan tidak mungkin si anak akan dengan entengnya memukul teman ketika bermain.

Anak kecil memang peniru ulung. Apa saja yang ia peroleh di kesehariannya, akan tampak pada perilakunya.
Anak sulung saya, sekarang empat tahun usianya. Ada yang berbeda dengannya dibanding setengah tahun lalu. Dulu, kalau sedang bermain atau beraktivitas dia sering menggumamkan nyanyian atau nada-nada yang diperolehnya ketika di playgroup. PG tempatnya belajar memang selalu menggunakan nyanyian ketika akan melakukan sesuatu. Misalnya ketika anak disuruh membereskan barang-barangnya, para guru menyuruh mereka sambil bernyanyi, “Beres beres… ayo dibereskan…” dengan nada yang sudah sangat dihafalnya. Pun ketika menyiapkan pentas menjelang perpisahan, hampir setiap hari selama dua pekan selalu diberikan materi berupa gerak dan lagu. Otomatis materi ini yang selalu diulang-ulangnya ketika di rumah.
Sekarang, sudah berbeda.


Memasuki TK yang memang berbeda dengan PG-nya dalam hal pengajaran, anak saya pun perlahan mengurangi nyanyiannya. Kali ini ia beraktivitas dengan menggumamkan hafalan! Do’a-do’a atau surat pendek ia lafazkan ketika bermain atau saat sedang melakukan sesuatu. Benar-benar surprise, melihat nyanyian yang biasanya keluar dari mulutnya, sekarang tergantikan dengan ayat-yat Al qur’an. Ya, hal ini karena lingkungan sekolahnya sekarang membiasakan berdo’a dan menghafal setiap hari.

Sedikit share saja, saat sudah masuk kelas, murid-murid TK akan diajak berdzikir; membaca Al Falaq, Al Ikhlash, An Naas, dan ayat kursi (Syifa beberapa kali menggumamkan ayat tertentu dari ayat kursi, ayat yang jarang kami ajarkan). Kemudian kegiatan belajar dimulai dengan berdo’a sebelum belajar, rodhiitubilaahi robba…dst. Setelahnya belajar menulis, mewarnai, dan kegiatan lainnya. Ada satu waktu ketika ustadzah mengecek hafalan surat kemudian dilaporkan dalam buku penghubung. Setelah kegiatan selesai selalu ditutup dengan do’a penutup majelis. Pada bulan Ramadhan ini pun ada kegiatan khusus Ramadhan yang dilengkapi dengan buku harian Ramadhan yang diisi setiap hari. Anak-anak juga mendapat tambahan hafalan do’a berbuka puasa. Anak saya pun sepekan ini sudah menghafalnya.

Nah, anak-anak memang menurut kita masih belum tahu apa-apa. Tapi lihat apa yang terjadi bila stimulasi diberikan setiap hari. Anak-anak akan menjadi sosok yang lebih dari sekedar anak kecil. Bahkan mungkin kemampuannya menyerap sesuatu bisa lebih bagus dari kita.

Kami sebagai orang tuanya juga sadar bahwa (menurut hemat kami) antara musik dan hafalan Al Qur’an tidak akan bisa berjalan berdampingan. Ketika salah satu menguasai, maka yang lain akan kalah. Anak kami ketika PG sering lebih senang menyanyi daripada disuruh menghafal. Sekarang lebih mudah mengajaknya menghafal karena lingkungan sekolah sangat mendukung. Oleh karena itu kami pun berusaha semaksimal mungkin untuk menghindarkan musik dari keseharian kami dan menggantinya dengan hal yang lebih bermakna, membaca Al Qur’an.

0 comments: